Ikan Mola-m0la atau sun fish ditemukan terdampar pada hari Rabu, 31 Juli 2019 di Pantai Barane, Kelurahan Baurung, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Gambar 1). Ikan tersebut pertama kali ditemukan pada Pukul 07.00 WITA oleh Nelayan setempat yang hendak melaut.
Gambar 1. Ikan mola-mola yang terdampar di Pantai Barane, Majene, Sulawesi Barat
Ikan mola-mola merupakan salah satu jenis ikan yang dilindungi dan masuk dalam target konservasi jenis ikanKementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2015-2019. Ciri khas dari ikan mola adalah tidak mempunyai sirip ekor, tetapi Mola mola justru memiliki clavus, yang merupakan bentuk sambungan antara sirip atas/punggung dan sirip bawah/perut. Berat ikan ini bisa mencapai 1.000 kilogram (2.200 lb).
Mendengar kabar terdamparnya ikan mola-mola tersebut, Tim Dosen dari Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Sulawesi Barat yakni Muhammad Nur, Andi Arham Atjo, Firmansyah, Reski Fitriah dan Ady jufri bergegas menuju lokasi ikan tersebut untuk segera melakukan tindakan penyelamatan (Gambar 2). Namun sesampai di lokasi pada Pukul 08.00 WITA, ikan mola-mola tersebut ditemukan dalam keadaan mati. Setelah berdiskusi dan berkordinasi dengan berbagai pihak, maka diputuskan langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi meliputi pengamatan morfologi, anatomi dan pengambilan sampel untuk DNA (Gambar 3).
Gambar 2. Tim Dosen dari Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Sulawesi Barat
Hasil pengamatan morfologi ikan mola-mola yaitu struktur tubuh ikan mola dalam keadaan lengkap namun terdapat beberapa luka pada tubuh ikan mola seperti luka pada bagian moncong dan pada ujung sirip dorsal terdapat luka patahan. Pada bagian tubuh luar ditemukan banyak parasit yang menempel pada kulit ikan mola. Beberapa hasil pengukuran morfometrik ikan mola seperti panjang total 190 cm, tinggi badan 126 cm, panjang kepala 58 cm, tinggi kepala 87 cm, panjang sirip dada 27 cm, clavus (perpaduan sirip dorsal, ekor dan anal) 300 cm, lebar mata 8,6 cm, panjang rahang atas & bawah 8 cm, dan lebar bukaan mulut 7 cm. Bobot ikan mencapai ukuran kurang lebih 300 kilogram. Isi lambung dan usus ikan mola diamati dengan melakukan pembedahan, Hasilnya pada lambung tidak ditemukan potongan-potongan makanan maupun benda asing (lambung dalam keadaan kosong), sementara pada usus berisi banyak air yang perlu dianalisis lebih lanjut kandungannya namun diperkirakan banyak mengandung plankton (Gambar 4). Ukuran panjang usus ikan mola tersebut mencapai 519 cm dengan panjang lambung 28 cm. Identifikasi awal menunjukkan bahwa spesies tersebut adalah Mola mola (Linnaeus, 1758) dari famili Molidae, ordo Tetraodontiformes. Sampel sirip dan daging ikan disimpan untuk analisis DNA.
Gambar 3. Pengukuran Morfologi Ikan Mola-mola
Famili Molidae memiliki 3 spesies ikan mola yang lain yakni Mola ramsayi (short mola), Masturus lanceolatus(sharptail mola), dan Ranzania laevis(slender mola). Beberapa karakter yang membedakan spesies ini dari empat anggota famili yang sama adalah jumlah ossicles dan perbedaan gurat sisi yang tampak pada bagian posterior (sirip atas) serta di bagian akhir tubuhnya dimana denticles (struktur tubuh) pada kulit berubah drastis dari kasar hingga sangat lembut. Fekunditas ikan mola dapat mencapai 300 juta telur. Saat menetas, ukuran larva ikan mola berukuran sangat kecil (sekitar 2 mm) dan berbentuk seperti ikan buntal dengan duri – duri dan memiliki ekor. Kecepatan renang ikan ini sangat lambat yaitu 3,2 kilometer per jam dan diketahui tidak dapat melawan arus. Persebaran ikan mola meliputi perairan tropis dan beriklim sedang, dapat dijumpai di Samudera Atlantik, Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan Laut Mediterania. Karena bentuknya yang unik dan langka, ikan ini menjadi perburuan para penyelam dan photographer dari seluruh dunia.
Gambar 4. Anatomi dalam ikan mola-mola
Penyebab pasti kematian ikan yang masuk kategori ikan bertulang sejati terbesar di dunia itu belum diketahui. Sebab itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk menentukan penyebab pastinya, namun dugaan sementara adalah karena terbawa oleh arus. Saat ini, bangkai ikan mola belum dievakuasi dari pantai Barane, namun informasi terakhir ikan tersebut akan dievakuasi dan dilakukan tindakan lanjutan agar tidak membusuk dan mencemari lingkungan sekitar. Beberapa kasus terdamparnya ikan mola juga pernah terjadi di Indonesia seperti di kampung Lere, kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah, dengan panjang 1,7 meter, lebar 1 meter dan berat 1 ton pada Selasa, 28 April 2015. Lalu pada perairan Tanjung Marthafons, kawasan Kampung Pisang, Desa Poka, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon pada Minggu 31 Maret 2019 terdampar di dekat keramba nelayan. Terakhir adalah terdampar di Pantai Talise, Kota Palu pada tanggal 24 April 2019. Ikan mola yang ditemukan tersebut memiliki ukuran panjang 2,2 meter dan lebar 1,6 meter.
Ikan mola seperti ini baru pertama kali terdampar di Pesisir Majene, sehingga banyak masyarakat yang berbondong-bondong ke lokasi untuk menyaksikan ikan yang saat ini tergolong langka atau terancam. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat beberapa nelayan majene mengaku pernah melihat ikan ini sewaktu mereka melaut di dekat rumpon yang menjadi fishing ground mereka. Nelayan tersebut menamai ikan mola dengan sebutan ikan setengah dan mempercayai bahwa jika berjumpa ikan mola di laut maka akan membawa rejeki dengan hasil tangkapan yang melimpah. Perairan Majene termasuk ke dalam perairan Selat Makassar yang dikenal dengan perairannya yang dalam yang ke dalamannya dapat mencapai 2.000 m. Karateristik perairan yang dalam tersebut memang sangat cocok bagi kehidupan ikan mola yang juga menyukai perairan dalam.
(Penulis: Muhammad Nur/ Editor: CPHS)